Oleh : Salbiyati KH
A. SINOPSIS
“Rumah Boneka” merupakan terjemahan dari karya salah satu dramawan Norwegia, Henrik Ibsen, yang berjudul asli ”A Doll’s House” dan diterjemahkan oleh Faiza Mardzoeki. Faiza juga bertindak sebagai penulis naskah dan produser pertunjukan ini. Naskah Ibsen tersebut diadaptasi oleh Faiza ke dalam konteks Indonesia dengan latar peristiwa Jakarta kontemporer. Pertunjukan ini sebelumnya telah dimainkan di antaranya di Timor Leste, Jakarta, dan Bandung.
Institut Ungu dan Pentas Indonesia, bekerja sama dengan Komunitas Tikar Pandan, dan didukung oleh Kedutaan Besar Norwegia akan menggelar pertunjukan sandiwara “Rumah Boneka” di Aceh. Pertunjukan yang dilaksanakan pada Jumat dan Sabtu (30-31 Agustus 2013), dan dimulai pada pukul 20:00 WIB di Gedung PMI Sultan II Selim, Banda Aceh. Dengan harga karcisnya Rp15.000 per lembar banyak mengundang penonton walaupun dengan cuaca hujan lebat.
Drama Rumah Boneka berkisah tentang kehidupan seorang perempuan yang merasa hidup bahagia namun dalam kebahagiaan yang tidak nyata. Perempuan ini bernama Nora. Ia merupakan tokoh utama dalam drama ini. Nora adalah istri dari Tommy Herlambang yang setiap harinya dihabiskan untuk mengurusi anak-anak dan suaminya.
Pada dasarnya, Nora merupakan istri yang baik. Perempuan yang di masa lajangnya merupakan penari balet ini sangat menyayangi suami dan anak-anaknya. Namun ketika hal buruk menimpa keluarganya, Nora melakukan hal yang salah dengan berhutang pada Togar, teman semasa kuliahnya tanpa sepengetahuan siapapun termasuk suaminya. Ia melakukan hal ini demi kesembuhan suaminya yang membutuhkan biaya besar untuk berobat di Singapura. Hal yang lebih buruk yang ia lakukan adalah dengan memalsukan tanda tangan milik ayahnya untuk jaminan hutang tersebut.
Waktupun berlalu, suaminya akhirnya sembuh. Karir Tommy Helambang seketika melejit. Ia diangkat sebagai direktur Bank Rekayasa Dana. Nora pun secara diam-diam terus menyicilkan hutangnya dengan bekerja di multilevel marketing dan menjual barang-barangnya ke teman-temannya. Ketika semua dirasa akan berakhir tanpa masalah, tiba-tiba peristiwa berhutangnya Nora kepada Togar terbongkar saat Tommy Herlambang hendak memecat Togar dari Bank Rekayasa Dana. Hal ini menjadi pemicu pertengkaran antara Tommy dan Nora. Tommy merasa dikhianati oleh Nora yang diam-diam berhutang pada Togar, sedangkan Nora merasa ia melakukan itu demi cintanya pada suaminya.
Akhir cerita Nora menyadari sesuatu, bahwa suaminya tidak bisa mengerti apa-apa tentang hidupnya. Nora akhirnya meninggalkan Tommy Herlambang, suami yang ia cintai.
B. HASIL KAJIAN
Pementasan Drama Rumah Boneka ini berlatartempatan di kediaman keluarga Tommy Herlambang. Kediaman keluarga Tommy Herlambang yang memiliki setidaknya tiga kamar tidur, satu ruang tamu dan satu dapur. Ruangan yang dominan diperlihatkan adalah bagian ruang tamu. Dan untuk menunjukan tiga kamarnya dengan ditandai oleh dua pintu dan tangga untuk menuju kamar ke-3. Adapun dapur hanya ditandai oleh batas panggung sebelah kiri. Dan untuk latar waktunya, pementasan drama ini dari yang bisa disimak mengambil latar siang, sore dan malam hari.
Tokoh yang ditampilkan dalam pementasan drama ini yaitu Nora (secara fisik, Nora merupakan perempuan paruh baya yang cantik, tinggi, berambut panjang, dan berkulit putih. Secara psikologis, ia merupakan sosok perempuan yang ceria, manja dan mudah khawatir. Secara sosial, ia merupakan ibu rumah tangga, istri Tommy Herlambang dan ibu dari Ivan dan Emmy.),Tommy Herlambang (secara fisik, ia adalah seorang laki-laki yang gagah, tampan, berbadan tinggi dan berkumis. Secara psikologis ia merupakan sosok yang ramah namun ambisius dan egois. Secara sosial, ia merupakan pekerja bank yang diangkat menjadi Direktur Bank Rekayasa Dana dan merupakan suami Nora serta ayah dari Ivan dan Emmy.), Togar (secara fisik berbadan tegap, gagah dan bermuka tampan. Secara psikologis, ia merupakan sosok yang sedang frustasi hingga mudah emosi. Secara sosial, ia merupakan pemberi hutang Nora, juga teman kuliah Tommy Herlambang yang karirnya di ujung tanduk.), Dr. Frany (orang yang terlihat berusia tua dengan beberapa uban, berbadan tinggi besar. Bersifat baik, perhatian dan penyayang. Ia merupakan teman keluarga Herlambang.), Christina Linda (wanita cantik, tinggi, putih dengan potongan rambut pendek. Ia sosok yang baik dan senang menolong. Ia merupakan sahabat Nora semasa kuliah, pekerja di Bank Rekayasa Dana yang juga mantan kekasih Togar.), Bibi Heni (wanita tua yang masih berbadan tegap dengan sedikit uban pada rambutnya. Ia sosok yang bisa diandalkan dan teliti mengurus rumah. Ia adalah pembantu di Keluarga Herlambang.), dan Ivan & Emmy (anak kecil laki-laki dan perempuan yang bersih dan rapi. Mereka anak-anak yang manja dan senang bermain terutama bersama ibunya. Mereka adalah anak-anak Nora dan Tommy Herlambang.)
C. KRITIKAN
1. Acting
Ackting dari setiap pemain terlihat bagus, dan terlihat menyatu dengan tokoh yang sedang diperankannya. Namun ada kekurangan dalam segi acting pada tokoh yang bernama Christina Linda (Ayu Diah Pasha). Terdapat kekurangan dalam gerakan dan vocal yang tidak memadai dan lebih cocok untuk berakting didepan layar kamera. Contohnya seperti anggukan dan gelengan kepala harus pasti tidak seperti dikamera yang membutuhkan sedikit gerakan kecil atau hanya isyarat permainan mata saja dan power vocal yang besar dan jelas agar menjangkau seluruh penonton.
2. Setting
Instrumen pembentuk ruangan rumahnya terdiri dari: pintu, meja, kursi, lampu, tirai, jendela, bel, baju balet, bola, biskuit, piano, tangga, gelas, tumpukan kado atau belanjaan serta kertas dan map. Detail dari perlengkapan pementasan ini sangat lengkap sampai kehal-hal yang kecil namun, latar yang diatur membuat penonton agak bosan, karena yang terlihat hanya itu saja
3. Lighting
Penataan lampu atau Lighting pada pementasan itu saya rasa sudah cukup baik. Karena dalam pemilihan warna filter lampu sangat tepat untuk menggambarkan situasi emosional dan waktu siang, sore juga malam. Dan selain itu tata letak lampu sangat tepat pada bloking – bloking yang dilakukan oleh para pemain dalam pemantasan itu.
4. Kostum
Pemilihan kostum yang digunakan dalam pementasan teater Rumah Boneka menurut saya sudah sesuai. Namun untuk pementasan yang dilakukan di Aceh kostum yang dipakai agak terbuka tidak sesuai dengan Syariat yang diterapkan di bumi Rencong ini.
5. Rias
Penggunaan tatarias dalam pementasan teater ini sudah bagus sesuai dengan kostum yang dipakai oleh pemain.
6. Plot/Alur
Alur dalam pementasan drama Rumah Boneka ini menggunakan alur linier. Dimulai dari pengenalan (ketika Nora seorang bu rumah tangga pulang belanja bersama Bibi Heni. Kemudian datang Tommy Herlambang suaminya yang pulang bekerja). Awal konflik muncul ketika Togar datang menemui Nora meminta bantuan agar dirinya tidak dipecat oleh Tommy Herlambang dan mengancam akan membuka rahasia Nora bila hal itu sampai terjadi. Puncak konflik terjadi ketika akhirnya Togar dipecat dan Tommy Herlambang mengetahui rahasia istrinya hingga terjadi pertengkaran antara Tommy dan Nora. Konflik menurun ketika akhirnya Togar memberi surat yang menyatakan bahwa dirinya tidak akan meperkarakan ancamannya. Konflikpun usai dengan ditandai berakhirnya pertengkaran Tommy dan Nora. Nora kemudian mengunci diri di kamar. Yang menjadi penutup dari drama ini adalah keluarnya Nora dari kamar, beradu argumen dengan suaminya, lantas pergi dari rumah.
7. Blocking
Penempatan posisi pemain saat berakting memperlihatkan bahwa sebelum teater ini dipentaskan segala sesuatunya telah dipersiapkan. Termasuk latihan yang telah dilakukan para pemain sebagi bentuk persiapan sebelum pementasan. Dalam pementasan ini, terdapat beberapa kali blocking yang tidak tepat sehingga pemain membelakangi penonton. Terlebih ketika dialog yang diucapkan tidak jelas, maka penonton secara otomatis bingung dengan hal yang dilakukannya.
8. Musik
Musik yang dipilih dalam pementasan ini benar-benar sesuai dengan hal-hal yang dirasakan oleh pemainnya. Penonton ikut terhanyut dalam rasa yang sama ketika mendengarkan musik yang dipilih untuk mengiringi pementasan teater ini. Akhirnya, penonton memiliki kesan tersendiri setelah selesai menyaksikan pertunjukan teater Rumah Boneka tersebut. Namun Sound yang dipakai ketika pementasan di Aceh tidak terdengar jelas dikarenakan oleh cuaca hujan lebat saat itu.
D. PENUTUP DAN SARAN
Dari keseluruhan pementasan rumah Boneka ini sangat bagus, persiapan yang dilakukanpun sangat matang dengan memakai aktor dan aktris yang professional. Namun sedikit kekurangan dalam pementasan ini adalah terdapat pada manajemen pemasaran yang dilakukan untuk menarik minat penonton di Aceh, saya rasa belum efektif dan tidak tepat sasaran. Karena dari desain brosur menggambarkan bahwa pementasan yang akan diperlihatkan merupakan rumah boneka bagi anak-anak. Namun cerita dan lakon peran dalam naskah ini menggambarkan permasalahan orang dewasa. Oleh sebab itu pemasaran yang dilakukan salah target. Selain itu yang membuat saya kurang menikmati pementasan drama ini adalah durasi waktu yang terlalu panjang yang membuat kantuk terlebih bila pementasan dilakukan di malam hari.
“Rumah Boneka” merupakan terjemahan dari karya salah satu dramawan Norwegia, Henrik Ibsen, yang berjudul asli ”A Doll’s House” dan diterjemahkan oleh Faiza Mardzoeki. Faiza juga bertindak sebagai penulis naskah dan produser pertunjukan ini. Naskah Ibsen tersebut diadaptasi oleh Faiza ke dalam konteks Indonesia dengan latar peristiwa Jakarta kontemporer. Pertunjukan ini sebelumnya telah dimainkan di antaranya di Timor Leste, Jakarta, dan Bandung.
Institut Ungu dan Pentas Indonesia, bekerja sama dengan Komunitas Tikar Pandan, dan didukung oleh Kedutaan Besar Norwegia akan menggelar pertunjukan sandiwara “Rumah Boneka” di Aceh. Pertunjukan yang dilaksanakan pada Jumat dan Sabtu (30-31 Agustus 2013), dan dimulai pada pukul 20:00 WIB di Gedung PMI Sultan II Selim, Banda Aceh. Dengan harga karcisnya Rp15.000 per lembar banyak mengundang penonton walaupun dengan cuaca hujan lebat.
Drama Rumah Boneka berkisah tentang kehidupan seorang perempuan yang merasa hidup bahagia namun dalam kebahagiaan yang tidak nyata. Perempuan ini bernama Nora. Ia merupakan tokoh utama dalam drama ini. Nora adalah istri dari Tommy Herlambang yang setiap harinya dihabiskan untuk mengurusi anak-anak dan suaminya.
Pada dasarnya, Nora merupakan istri yang baik. Perempuan yang di masa lajangnya merupakan penari balet ini sangat menyayangi suami dan anak-anaknya. Namun ketika hal buruk menimpa keluarganya, Nora melakukan hal yang salah dengan berhutang pada Togar, teman semasa kuliahnya tanpa sepengetahuan siapapun termasuk suaminya. Ia melakukan hal ini demi kesembuhan suaminya yang membutuhkan biaya besar untuk berobat di Singapura. Hal yang lebih buruk yang ia lakukan adalah dengan memalsukan tanda tangan milik ayahnya untuk jaminan hutang tersebut.
Waktupun berlalu, suaminya akhirnya sembuh. Karir Tommy Helambang seketika melejit. Ia diangkat sebagai direktur Bank Rekayasa Dana. Nora pun secara diam-diam terus menyicilkan hutangnya dengan bekerja di multilevel marketing dan menjual barang-barangnya ke teman-temannya. Ketika semua dirasa akan berakhir tanpa masalah, tiba-tiba peristiwa berhutangnya Nora kepada Togar terbongkar saat Tommy Herlambang hendak memecat Togar dari Bank Rekayasa Dana. Hal ini menjadi pemicu pertengkaran antara Tommy dan Nora. Tommy merasa dikhianati oleh Nora yang diam-diam berhutang pada Togar, sedangkan Nora merasa ia melakukan itu demi cintanya pada suaminya.
Akhir cerita Nora menyadari sesuatu, bahwa suaminya tidak bisa mengerti apa-apa tentang hidupnya. Nora akhirnya meninggalkan Tommy Herlambang, suami yang ia cintai.
B. HASIL KAJIAN
Pementasan Drama Rumah Boneka ini berlatartempatan di kediaman keluarga Tommy Herlambang. Kediaman keluarga Tommy Herlambang yang memiliki setidaknya tiga kamar tidur, satu ruang tamu dan satu dapur. Ruangan yang dominan diperlihatkan adalah bagian ruang tamu. Dan untuk menunjukan tiga kamarnya dengan ditandai oleh dua pintu dan tangga untuk menuju kamar ke-3. Adapun dapur hanya ditandai oleh batas panggung sebelah kiri. Dan untuk latar waktunya, pementasan drama ini dari yang bisa disimak mengambil latar siang, sore dan malam hari.
Tokoh yang ditampilkan dalam pementasan drama ini yaitu Nora (secara fisik, Nora merupakan perempuan paruh baya yang cantik, tinggi, berambut panjang, dan berkulit putih. Secara psikologis, ia merupakan sosok perempuan yang ceria, manja dan mudah khawatir. Secara sosial, ia merupakan ibu rumah tangga, istri Tommy Herlambang dan ibu dari Ivan dan Emmy.),Tommy Herlambang (secara fisik, ia adalah seorang laki-laki yang gagah, tampan, berbadan tinggi dan berkumis. Secara psikologis ia merupakan sosok yang ramah namun ambisius dan egois. Secara sosial, ia merupakan pekerja bank yang diangkat menjadi Direktur Bank Rekayasa Dana dan merupakan suami Nora serta ayah dari Ivan dan Emmy.), Togar (secara fisik berbadan tegap, gagah dan bermuka tampan. Secara psikologis, ia merupakan sosok yang sedang frustasi hingga mudah emosi. Secara sosial, ia merupakan pemberi hutang Nora, juga teman kuliah Tommy Herlambang yang karirnya di ujung tanduk.), Dr. Frany (orang yang terlihat berusia tua dengan beberapa uban, berbadan tinggi besar. Bersifat baik, perhatian dan penyayang. Ia merupakan teman keluarga Herlambang.), Christina Linda (wanita cantik, tinggi, putih dengan potongan rambut pendek. Ia sosok yang baik dan senang menolong. Ia merupakan sahabat Nora semasa kuliah, pekerja di Bank Rekayasa Dana yang juga mantan kekasih Togar.), Bibi Heni (wanita tua yang masih berbadan tegap dengan sedikit uban pada rambutnya. Ia sosok yang bisa diandalkan dan teliti mengurus rumah. Ia adalah pembantu di Keluarga Herlambang.), dan Ivan & Emmy (anak kecil laki-laki dan perempuan yang bersih dan rapi. Mereka anak-anak yang manja dan senang bermain terutama bersama ibunya. Mereka adalah anak-anak Nora dan Tommy Herlambang.)
C. KRITIKAN
1. Acting
Ackting dari setiap pemain terlihat bagus, dan terlihat menyatu dengan tokoh yang sedang diperankannya. Namun ada kekurangan dalam segi acting pada tokoh yang bernama Christina Linda (Ayu Diah Pasha). Terdapat kekurangan dalam gerakan dan vocal yang tidak memadai dan lebih cocok untuk berakting didepan layar kamera. Contohnya seperti anggukan dan gelengan kepala harus pasti tidak seperti dikamera yang membutuhkan sedikit gerakan kecil atau hanya isyarat permainan mata saja dan power vocal yang besar dan jelas agar menjangkau seluruh penonton.
2. Setting
Instrumen pembentuk ruangan rumahnya terdiri dari: pintu, meja, kursi, lampu, tirai, jendela, bel, baju balet, bola, biskuit, piano, tangga, gelas, tumpukan kado atau belanjaan serta kertas dan map. Detail dari perlengkapan pementasan ini sangat lengkap sampai kehal-hal yang kecil namun, latar yang diatur membuat penonton agak bosan, karena yang terlihat hanya itu saja
3. Lighting
Penataan lampu atau Lighting pada pementasan itu saya rasa sudah cukup baik. Karena dalam pemilihan warna filter lampu sangat tepat untuk menggambarkan situasi emosional dan waktu siang, sore juga malam. Dan selain itu tata letak lampu sangat tepat pada bloking – bloking yang dilakukan oleh para pemain dalam pemantasan itu.
4. Kostum
Pemilihan kostum yang digunakan dalam pementasan teater Rumah Boneka menurut saya sudah sesuai. Namun untuk pementasan yang dilakukan di Aceh kostum yang dipakai agak terbuka tidak sesuai dengan Syariat yang diterapkan di bumi Rencong ini.
5. Rias
Penggunaan tatarias dalam pementasan teater ini sudah bagus sesuai dengan kostum yang dipakai oleh pemain.
6. Plot/Alur
Alur dalam pementasan drama Rumah Boneka ini menggunakan alur linier. Dimulai dari pengenalan (ketika Nora seorang bu rumah tangga pulang belanja bersama Bibi Heni. Kemudian datang Tommy Herlambang suaminya yang pulang bekerja). Awal konflik muncul ketika Togar datang menemui Nora meminta bantuan agar dirinya tidak dipecat oleh Tommy Herlambang dan mengancam akan membuka rahasia Nora bila hal itu sampai terjadi. Puncak konflik terjadi ketika akhirnya Togar dipecat dan Tommy Herlambang mengetahui rahasia istrinya hingga terjadi pertengkaran antara Tommy dan Nora. Konflik menurun ketika akhirnya Togar memberi surat yang menyatakan bahwa dirinya tidak akan meperkarakan ancamannya. Konflikpun usai dengan ditandai berakhirnya pertengkaran Tommy dan Nora. Nora kemudian mengunci diri di kamar. Yang menjadi penutup dari drama ini adalah keluarnya Nora dari kamar, beradu argumen dengan suaminya, lantas pergi dari rumah.
7. Blocking
Penempatan posisi pemain saat berakting memperlihatkan bahwa sebelum teater ini dipentaskan segala sesuatunya telah dipersiapkan. Termasuk latihan yang telah dilakukan para pemain sebagi bentuk persiapan sebelum pementasan. Dalam pementasan ini, terdapat beberapa kali blocking yang tidak tepat sehingga pemain membelakangi penonton. Terlebih ketika dialog yang diucapkan tidak jelas, maka penonton secara otomatis bingung dengan hal yang dilakukannya.
8. Musik
Musik yang dipilih dalam pementasan ini benar-benar sesuai dengan hal-hal yang dirasakan oleh pemainnya. Penonton ikut terhanyut dalam rasa yang sama ketika mendengarkan musik yang dipilih untuk mengiringi pementasan teater ini. Akhirnya, penonton memiliki kesan tersendiri setelah selesai menyaksikan pertunjukan teater Rumah Boneka tersebut. Namun Sound yang dipakai ketika pementasan di Aceh tidak terdengar jelas dikarenakan oleh cuaca hujan lebat saat itu.
D. PENUTUP DAN SARAN
Dari keseluruhan pementasan rumah Boneka ini sangat bagus, persiapan yang dilakukanpun sangat matang dengan memakai aktor dan aktris yang professional. Namun sedikit kekurangan dalam pementasan ini adalah terdapat pada manajemen pemasaran yang dilakukan untuk menarik minat penonton di Aceh, saya rasa belum efektif dan tidak tepat sasaran. Karena dari desain brosur menggambarkan bahwa pementasan yang akan diperlihatkan merupakan rumah boneka bagi anak-anak. Namun cerita dan lakon peran dalam naskah ini menggambarkan permasalahan orang dewasa. Oleh sebab itu pemasaran yang dilakukan salah target. Selain itu yang membuat saya kurang menikmati pementasan drama ini adalah durasi waktu yang terlalu panjang yang membuat kantuk terlebih bila pementasan dilakukan di malam hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar